Home » » pemimpin yang melayani dengan adil

pemimpin yang melayani dengan adil



Merupakan sebuah nikmat yang sangat besar, dimana pada siang hari ini kita masih diberikan nikmat, baik iman, islam, jasmani dan rohani, sehingga kita masih bisa melaksanakan shalat jum’at berjamaah. Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw, nabi yang sangat mencintai keluarga, sahabat dan ummatnya. Nabi yang telah memberikan kita petunjuk kearah yang benar, yang menerangi kehidupan, sehingga kita dapat merasakan nikmatnya iman dan Islam.
Khatib ingin berwasiat khususnya kepada diri khatib dan umumnya kepada jama’ah jum’at agar selalu meningkatkan takwa kepada Allah SWT, yaitu dengan  selalu berusaha untuk mengikuti perintah-perintah-Nya menurut batas maksimal kemampuan kita dan  berusaha  menjauhkan larangan-larangan-Nya. Dan juga selalu merasakan bahwa Allah SWTselalu hadir bersama kita kapan dan dimana pun kita berada.  Sebagaimana firman-Nya:
“يَآأَيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ”.
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati terkecuali dalam keadaan Muslim”. (QS. 3 Ali Imran : 102).

Ketika kita berbicara tentang pemerintahan, masyarakat, dan kondisi sekarang ini, banyak para pemimpin yang lupa dengan janji-janji dan amanat yang diberikan kepada mereka, yaitu untuk mensejahterakan dan mencerdaskan rakyatnya, namun hanya mensejahterakan kelompok dan keluarganya saja dan membiarkan rakyatnya hidup dibawah garis kemiskinan dan kebodohan. Bukankan Allah telah mengutus kepada kita seorang Rasul dan diturunkan kepadaanya sebuah Kitab dan diperintahkannya untuk menyampaikan ciri, dan ajaran Agama ini. Sungguh bahwa hanya risalah ini, yaitu risalah Islam benar-benar penyelamat bagi manusia dan mengeluarkan mereka dari masa kegelapan dan kejahiliyahan ke masa yang terang benderang, ke jalan Allah SWT yang terpuji.  Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an
“هو الذي ينزل على عبده ءايات بينات ليخرجكم من الظلمات إلى النور”.
“Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya”. (QS. Al-Hadid : 9)
Dan juga dalah surat yang lain Allah ta’ala berfirman:
“يآأهل الكتاب قد جآءكم رسولنا يبين لكم كثيرا مما كنتم تخفون من الكتاب ويعفو عن كثير قد جاءكم من الله نور وكتاب مبين. يهدي به الله من اتبع رضوانه سبل السلام ويخرجهم من الظلمات إلى النور بإذنه و يهديهم إلى صراط مستقيم”.
Wahai ahli kitab! Sungguh rasul kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari isi kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak pula yang dibiarkannya, sungguh telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menjelaskan. Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya kejalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukan ke jalan yang lurus”. (QS. Al-Maidah: 15-16)
Ajaran Islam datang secara universal tidak terbatas pada salah satu umat saja, atau pada zaman tertentu saja, dan juga bukan hanya untuk satu kaum atau golongan saja, tetapi ajaran Islam  datang untuk semua umat, untuk segala  dimensi waktu dan juga untuk semua tempat. Islam datang sebagai sebuah revolusi total kehidupan bermasyarakat di dunia ini, yang memperbaiki semua lini kehidupan manusia.
Karena itulah  Islam datang dengan maksud dan tujuan tertentu: Pertama adalah membangun peradaban umat yang baik, Peradaban yang baik ini tidak akan pernah terjadi kecuali dengan beberapa syarat:
Syarat Pertama: Adanya  dasar-dasar ajaran dari sumber yang tinggi yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sangat tinggi dan mulia. Karena suatu umat yang memiliki sebuah cita-cita yang tinggi lagi mulia, maka dia akan berusaha keras untuk mendapatkan dan meraih cita-cita itu, dan cita-cita ajaran Islam itu adalah membawa keadilan kepada seluruh manusia. Dan umat yang hidup tanpa cita-cita, keinginan yang tinggi kecuali hanya makan saja, maka dia akan hidup dan kekal dengan apa yang diinginkan, dan begitu juga sebaliknya. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an
“وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهدآء على الناس و يكون الرسول عليكم شهيدا”.
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam) ummat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu (QS. Al-Baqarah: 143)
“وجاهدوا في الله حق جهاده هو اجتباكم وماجعل عليكم في الدين من حرج ملة أبيكم إبراهيم هو سماكم المسلمين من قبل وفي هذا ليكون الرسول شهيدا عليكم و تكونوا شهداء على الناس”.
“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan dia tidak  menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. Ikutilah agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan begitu juga dalam Al-Qur’an ini, agar Rasul menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu menjadi saksi atas segenap manusia”. (QS. Al-Hajj : 78)
Adapun syarat yang kedua adalah adanya kesiapan untuk berkorban, baik nyawa ataupun harta demi mencapai jalan Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
إن الله اشترى من المؤمنين أنفسهم و أموالهم بأن لهم الجنة يقاتلون في سبيل الله فيقتلون و يقتلون وعدا عليه حقا في التوراة والانجيل والقرآن.
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dal al-Qur’an” ( At-Taubah:111)

“Dalam berjuang kita perlu berkorban baik harta, tenaga, pikiran, dan kalau perlu dengan nyawa juga.
Maka untuk mencapai sebuah cita-cita yang tinggi yaitu menggapai ridha Allah, Islam datang untuk menciptakan sebuah umat dan masyarakat yang saling mencintai satu sama lainnya serta rela dan berani berkorban baik dengan harta, tenaga, pikiran, waktu  atau pun dengan nyawa sekalian, inilah maksud dan tujuan dari risalah ajaran Islam.
Ketiga: Adanya pemimpin yang baik, adil, mengabdi dan melayani masyarakat, bukan pemimpin yang zalim, dan korup. Sebagaimana dicontohkan oleh khalifah pertama Abu Bakar Assidiq ketika mengemban amanat menjadi seorang khalifah, beliau masih tetap berdagang pakaian, maka ketika beliau bertemu dangan Umar bin khatab, kemudian umar menyampaikan bahwa Abu Bakar sudah meniggalkan kewajibannya melayani kaum muslimin, karena disibukkan dengan dagangannya, kalau saja seekor kuda terjatuh di Irak Allah akan meminta pertanggung jawabanmu. lalu Abu Bakar berkata :”kalau aku tidak berdagang siapa yang akan memberi makan anak dan istriku”. Kemudian Umar menjawab :” kaum muslimin yang akan memberi makan mereka”, Abu Bakar berkata “siapa yang akan mengatakan hal ini kepada kaum muslimin”“aku”yang akan mengatakannya kata Umar, kemudian Umar mengumpulkan kaum muslimin  lalu Abu Bakar berkhutbah:  “Dulu aku bekerja dan berniaga untuk menafkahi anak istriku sekarang aku bekerja untuk kemashlahatan kalian, maka berikanlah aku dari baitul maal, dan kaum muslimin pada saat itu mengatakan kami ridhai sebagaimana Rasulullah SAW meridhainya.
Dan ketika beliau akan mendekati kematian beliau berkata kepada putrinya: “Wahai  Aisyah aku pernah meminjam ketel dan jaket dari baitul maal, maka kembalikanlah  itu semua ke baitu maal”.

Maka Islam yang hanif ini datang untuk membentuk masyarakat yang bermartabat dan menjadikan pemimpinnya mengabdi kepada masyarakatnya dan melayani segala kebutuhannya sesuai dengan batas-batas yang diajarkan Islam. Pemimpin yang dapat menegakkan keadilan adalah contoh pemimpin yang mampu membimbing masyarakatnya di atas dasar keimanan, yang saling mencintai satu sama lainnya dan juga pemimpin yang bertanggung jawab kepada masyarakatnya dan juga di hadapan Allah SWT, karena Islam datang bukan hanya untuk kesejahteraan satu umat saja namun Islam datang untuk kemaslahatan seluruh manusia di muka bumi ini.

0 comments:

Post a Comment